Selasa, 30 Oktober 2012

DERIVATIF

Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets.
 
Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.  
                 

Derivatif Keuangan
 
Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya.   
 
Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas portofolio yang mereka miliki.

Dasar Hukum
  • UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
  • Peraturan Pemerintah no.45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
  • SK Bapepam No. Kep.07/PM/2003 Tgl. 20 Februari 2003 tentang Penetapan Kontrak Berjangka atas Indeks Efek sebagai Efek
  • Peraturan Bapepam No. III. E. 1 tgl. 31 Okt 2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek
  • SE Ketua Bapepam No. SE-01/PM/2002 tgl. 25 Februari 2002 tentang Kontrak Berjangka Indeks Efek dalam Pelaporan MKBD Perusahaan Efek
  • Persetujuan tertulis Bapepam nomor S-356/PM/2004 tanggal 18 Pebruari 2004 perihal Persetujuan KBIE-LN (DJIA & DJ Japan Titans 100)

Referensi
 http://www.idx.co.id/Home/ProductAndServices/Derivatives/tabid/153/language/id-ID/Default.aspx

Syariah


Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan syariah. Pasar modal syariah, yang merupakan bagian dari industri keuangan syariah, mempunyai peranan yang cukup penting untuk dapat meningkatkan pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia. Meskipun perkembangannya relatif baru dibandingkan dengan perbankan syariah tetapi seiring dengan pertumbuhan yang signifikan di industri pasar modal Indonesia, maka diharapkan pasar modal syariah di Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang pesat.
 
Selama ini, pasar modal syariah di Indonesia identik dengan Jakarta Islamic Index (JII) yang hanya terdiri dari 30 saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Padahal Efek Syariah yang terdapat di pasar modal syariah di Indonesia bukan hanya 30 saham syariah yang menjadi konstituen JII saja tetapi terdiri dari berbagai macam jenis Efek. Hal tersebut semakin jelas terlihat setelah Bapepam & LK mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) pada bulan November 2007. Sejak saat itu, Bapepam & LK menjadikan DES sebagai satu-satunya rujukan tentang Efek Syariah di pasar modal Indonesia.
 
Berdasarkan Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, khususnya ayat 1.a.3, yang di maksud dengan Efek Syariah adalah Efek sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal. (Termasuk penjelesan tentang Daftar Efek Syariah). 

Landasan Fatwa dan Landasan Hukum
Berbeda dengan Efek lainnya, selain landasan hukum, baik berupa peraturan maupun Undang-Undang, perlu terdapat landasan fatwa yang dapat dijadikan sebagai rujukan ditetapkannya Efek Syariah. Landasan fatwa diperlukan sebagai dasar untuk menetapkan prinsip-prinsip syariah yang dapat diterapkan di pasar modal.

 Produk Produk Pasar Modal Syariah di Bursa Efek Indonesia
  • Saham Syariah
Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan kepada Peraturan Bapepam & LK No. II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, pasal 1.b.7. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Efek berupa saham, termasuk HMETD Syariah dan Waran Syariah, yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
  • Sukuk / Obligasi Syariah
Berdasarkan peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, definisi Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share)).
  • Jakarta Islamic Index (JII)
JII pertama kali diluncurkan oleh BEI (pada saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management pada tanggal 3 Juli 2000. Meskipun demikian agar dapat menghasilkan data historikal yang lebih panjang, hari dasar yang digunakan untuk menghitung JII adalah tanggal 2 Januari 1995 dengan angka indeks dasar sebesar 100. Metodologi perhitungan JII sama dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan Market Value Weigthed Average Index dengan menggunakan formula Laspeyres.
  • Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan Indeks yang telah diluncurkan oleh BEI pada tanggal 12 Mei 2011. Konstituen ISSI adalah seluruh saham yang tergabung dalam Daftar Efek Syariah dan tercatat di BEI dimana pada saat Ini jumlah konstituen ISSI adalah sebanyak 219 saham. Dengan telah diluncurkannya ISSI maka BEI memiliki 2 Indeks yang berbasis saham Syariah yaitu ISSI dan JII.


 Referensi :
 http://www.idx.co.id/Home/ProductAndServices/ShariaMarket/tabid/155/language/id-ID/Default.aspx

Minggu, 21 Oktober 2012

BAB 1

Latar belakang masalah

Di Indonesia, banyak penduduk yang masih tergantung pada air mineral, masih banyak tersebar diseluruh pelosok. Bahkan diantara mereka ada juga yang menggunakan air yang kurang berkualitas. Hal ini mereka lakukan karena terbatasnya pengetahuan dan sarana yang ada disekitar mereka. Saat ini, dikota-kota besar nama – nama air mineral seperti Aqua, Ades dan Prim-A telah terasa begitu akrab dengan masyarakat. Mereka dapat memilih air mineral mana yang ingin mereka beli untuk menghilangkan rasa haus dahaga.adanya kebebasan memilih merk – merk tersebut segera disadari oleh perusahaan – perusahaan pembuatnya dan mereka berlomba – lomba untuk menarik minat para konsumen. Untuk bisa mendapatkan laba dan terus berkembang diantara persaingan yang semakin ketat ini, suatu perusahaan harus mengarahkan segala upaya pemasarannya dengan lebih efektif dan efesien, daripada yang dilakukan pesaingnya. Ini berarti harus mengenal pasar sasarannya dengan lebih baik lagi, karena karakteristik pasar sasarannya yaitu yang menyangkut perilaku konsumen akan sangat menentukan strategi – strategi yang hendak dikembangkan oleh perusahaan.

Perumusan Masalah

Motif dan perilku konsumen dalam suatu pasar tertentu memang berbeda – beda, tetapi setidaknya kita bisa menemukan barang yang sama dari perilaku yang berbeda – beda tersebut. Dari ke tiga perusahaan yang saya analisis, terdapat pertanyaan – pertanyaan berikut ini :

  1. Mengapa konsumen membeli air mineral tertentu?
  2. Dimana konsumen membeli dan bagaimana konsumen membelinya?
  3. Mengapa air mineral Aqua lebih banyak peminatnya dibandingkan dengan air mineral Ades dan air mineral Prim-A?

 Menurut penelitian yang telah saya amati dari beberapa sumber yang terpercaya, atas permasalahan di atas saya dapat simpulkan sebagai berikut  :  
  1. Pengambilan keputusan dalam hal pembelian sepenuhnya dipegang oleh konsumen. Dana dalam pengambilan keputusan pembelian, konsumen dapat dipengaruhi oleh hal – hal sekitarnya. Perilaku membeli konsumen sangat dipengaruhi pada faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis dari pembeli.
  2. Pada bagian ini diketahui bahwa tiap – tiap konsumen mempunyai pilihan yang berbeda dalam hal menentukian tempat berbelanja. Konsumen biasa membeli air mineral di warung, pasar, terminal bus, mini market, dan supermarket. Konsumen membeli air mineral saat mereka merasa haus dahaga.
  3. Air mineral Aqua ternyata lebih diminati karena Aqua memang terfokus untuk memproduksi air mineral saja, beda bila dibandingkan dengan Prim-A karena perusahaan tersebut sebenernya lebih terfokus pada produk teh nya dibandingkan dengan produk air mineralnya, sedangkan dibandingkan dengan Ades, Aqua lebih unggul dalam segi pemasarannya yang luas.

Dalam analisis ini, saya memilih tema “Analisis perilaku konsumen pada air mineral”. Melalui penelitian perilaku konsumen perusahaan akan dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen karena reaksi konsumen sangat berpengaruh pada perkembangan suatu produk.

Analisis perilaku konsumen pada air mineral

Didalam jaman yang penuh dengan perubahan ini satu-satunya hal yang akan pasti terjadi adalah perubahan itu sendiri. Bagi perusahaan, perusahaan lingkungan ini dapat merupakan tantangan-tantangan baru yang memerlukan tanggapan dan cara penyelesaian yang baru pula, atau sebaliknya merupakan peluang    untuk mengembangkan usahanya. Tugas utama perusahaan adalah mempelajari kebututuhan dan keinginan dari pasar sasaran kemudian berupaya memenuhinya dengan lebih efektif dan efesien daripada pesaing.

PT. Aqua Golden Mississippi ( AGM ) didirikan oleh Tirto Utomo tahun 1973, dimana perusahaan ini bergerak dibidang penjualan air minum kemasan dalam botol.  Pada tahun 1985, diperkenalkan air minum kemasan kecil ukuran 200 ml, yang memungkinkan orang dapat minum air bersih dengan harga yang tidak terlalu mahal. Pada tahun 1987, Aqua menggunakan kemasan dari Polyethylene Terephthalate ( PET ) yang jauh lebih unggul dari PVC. Aqua berasal dari bahasa Latin yang artinya air, dimana pada awalnya di jual untuk orang asing, tetapi kemudian Tirto Utomo melihat pasar masyarakat Indonesia juga memiliki potensi, sehingga dia menjual air kemasan botol ukuran kecil dan ditempatkan di terminal-terminal bus di Jakarta dan sekitarnya, serta sepanjang jalan pantura Jawa Tengah.

PT. Ades Waters Indonesia Tbk, didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia di tahun 1985. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan adalah pengelohan dan distribusi air minum dalam kemasan. Pergantian nama dilakukan untuk menghindari keidentikan dengan produk yang dihasilkannya mereka mempunyai multiproduk, bukan hanya air mineral Ades.

Pada tahun 90-an, PT.SINAR SOSRO akhirnya memproduksi air minum dalam kemasan. Merknya pada saat pertama kali dikeluarkan adalah Air SOSRO. Pada Tahun 1999, Air SOSRO berganti nama dengan Prim-A. Air minum Prim-A hadir dalam kemasan cup 240ml, botol plastik 330ml, 600ml dan 1.5 liter, dan dalam kemasan galon.

Dari ketiga perusahaan tersebut dinyatakan bahwa ke tiganya berpotensi didalam produk air minum, ke tiga nya juga memiliki kelebihan masing dan sudah memiliki konsumennya masing-masing. Tapi produk yang sangat paling unggul dari ke tiga produk tersebut adalah air minum Aqua.

PT. SINAR SOSRO (PRIM-A)


SOSRO merupakan pelopor produk teh siap minum dalam kemasan yang pertama di Indonesia. Nama SOSRO diambil dari nama keluarga pendirinya yakni SOSRODJOJO. Tahun 1940, Keluarga Sosrodjojo memulai usahanya di sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol dimana daerah penyebarannya masih di seputar wilayah Jawa Tengah. Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk Teh Cap Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Perjalanan memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta. Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO yang merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.

Setelah sukses dengan produk teh nya, PT Sinar Sosro berupaya untuk membuat produk baru diluar produk teh. PT Sinar Sosro akhirnya mencoba untuk memproduksi air mineral. Pada tahun 90-an, PT.SINAR SOSRO akhirnya memproduksi air minum dalam kemasan. Merknya pada saat pertama kali dikeluarkan adalah Air SOSRO. Pada Tahun 1999, Air SOSRO berganti nama dengan Prim-A. Air minum Prim-A hadir dalam kemasan cup 240ml, botol plastik 330ml, 600ml dan 1.5 liter, dan dalam kemasan galon. Pada saat ini, air mineral Prim-A sudah mulai banyak dipasaran. Produknya sudah dapat ditemui di toko-toko kecil, pedagang keliling, minimarket dan bahkan supermarket. Harganya pun cukup bersaing dengan air mineral lainnya walaupun memang tidak seterkenal merk – merk pendahulunya tapi produk air mineral ini cukup diminati oleh masyarakat.

Referensi

PT. Ades Waters Indonesia Tbk


PT. Ades Waters Indonesia Tbk, didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia di tahun 1985. Nama Perseroan telah diubah beberapa kali; terakhir di tahun 2004, ketika nama Perseroan diubah menjadi PT. Ades Waters Indonesia Tbk. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Ruang Lingkup Kegiatan Perusahaan adalah pengelohan dan distribusi air minum dalam kemasan. Untuk menghindari kesamaan nama dengan produk perusahaan, PT Ades Waters Indonesia (ADES) berubah nama menjadi PT Akasha Wira International Tbk. Selain itu, untuk tahun ini perseroan menargetkan penjualan sama dengan penjualan industri air mineral.Demikian disampaikan Direktur Utama ADES Agoes Soewandi Wangsapoetra dalam paparan publik yang digelar perseroan beberapa waktu yang lalu. Penggantian nama telah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa). Pergantian nama dilakukan untuk menghindari keidentikan dengan produk yang dihasilkannya mereka mempunyai multiproduk, bukan hanya air mineral Ades.Pada tahun ini ADES menargetkan pertumbuhan penjualan produk setidaknya sama dengan pertumbuhan penjualan industri air minum dalam kemasan di Indonesia yaitu 8%. Perusahaan berusaha tumbuh tidak lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan industri tahun ini yang delapan persen.)
Baru-baru ini Ades meluncurkan kemasan terbarunya, kemasan Ades ini berubah warna dari warna dasar biru muda dan tepi biru tua menjadi warna dasar putih dengan tepi hijau. Logo Ades juga berubah, yakni menjadi gambar daun dan berwarna hijau. Perubahan ini merupakan strategi Ades untuk menarik pangsa pasar anak muda (usia 20-30 tahun). Tak hanya itu, kadar plastik dari kemasan baru Ades ini dikurangi sebesar 8% dari kadar kemasan Ades sebelumnya. Sehingga, botolnya kemasan air milik Ades lebih ringan dan lebih mudah diremukkan dengan tangan. Kemasan baru Ades ini sebelumnya telah launching di Jepang, Mexico, Korea, Taiwan, Hongkong, Vietnam dan Thailand. Dengan strategi ini perusahaan yakin dapat meningkatkan pendapatan Coca Cola Indonesia. The Coca Cola Company merupakan perusahaan air minum yang berbasis di Amerika. The Coca Cola Company mengklaim 1,7 miliar produknya terdistribusi di 200 negara dalam sehari. Saat ini, The Coca-Cola Company memiliki nilai portfolio US$ 15 miliar di seluruh dunia dan mempekerjakan 700.000 karyawan di seluruh dunia. Coca-Cola masuk ke Indonesia sejak tahun 1927, dan diproduksi secara lokal pertama kalinya tahun 1932. Saat ini, Coca Cola Amatil Indonesia, cabang dari The Coca Cola Company memiliki sembilan pabrik di Indonesia. Sedangkan air mineral Ades diproduksi di pabrik Coca-Cola Amatil Indonesia di Cibitung. Air minum Ades hadir dalam kemasan cup 240ml, botol plastik 330ml, 600ml dan 1.5 liter, dan dalam kemasan galon.

Referensi :
http://industri.kontan.co.id/news/garap-pasar-anak-muda-ades-ganti-logo-dan-kemasan

PT. Aqua Golden Mississippi ( AGM )

PT. Aqua Golden Mississippi ( AGM ) didirikan oleh Tirto Utomo tahun 1973, dimana perusahaan ini bergerak dibidang penjualan air minum kemasan dalam botol. Pada awalnya market AGM adalah orang-orang asing yang ada di Indonesia, karena mereka yakin air kemasan lebih steril dan aman daripada air tanah dan air PDAM. Dengan mendirikan pabrik air minuman dengan mesin yang canggih di Bekasi, sehingga orang asing lebih percaya dengan minuman air kemasan ini. Pada tahun 1985, diperkenalkan air minum kemasan kecil ukuran 200 ml, yang memungkinkan orang dapat minum air bersih dengan harga yang tidak terlalu mahal. Pada tahun 1987, Aqua menggunakan kemasan dari Polyethylene Terephthalate ( PET ) yang jauh lebih unggul dari PVC. Aqua berasal dari bahasa Latin yang artinya air, dimana pada awalnya di jual untuk orang asing, tetapi kemudian Tirto Utomo melihat pasar masyarakat Indonesia juga memiliki potensi, sehingga dia menjual air kemasan botol ukuran kecil dan ditempatkan di terminal-terminal bus di Jakarta dan sekitarnya, serta sepanjang jalan pantura Jawa Tengah. Hal ini ternyata sukses, membuat Aqua diminati oleh para supir-supir bus dan penumpang, serta masyarakat lainnya. Hal ini menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia sangat membutuhkan air mineral botol yang bersih. Sumber Aqua adalah air pegunungan, sehingga pabriknya didirikan di dekat atau kaki bukit gunung, karena air gunung menghasilkan air yang jernih dan bersih, kemudian diolah kembali oleh pabrik agar dapat lebih sterilisasi. Untuk pengontrolan mutu produksi, AGM memiliki laboratorium yang modern dan memiliki staf peneliti yang terdiri dari ahli mikrobiologi, kimia dan fisika. Aqua telah diterima oleh WHO dan terdaftar di U.S Food and Drug Administration, Environmental Protection Agency dan International Bottled Water Organization. Air minum Aqua hadir dalam kemasan cup 240ml, botol plastik 330ml, 600ml dan 1.5 liter, dan dalam kemasan galon.
Strategi Pemasaran :
  • Dengan slogan awal bersih, bening dan bebas bakteri dan tahun 1979, Tirto Utomo mengubah slogan menjadi air sehat setiap saat dan mendongkrak penjualan menjadi 13 juta liter pada tahun 1983.
  • Menggunakan semua media untuk iklan, seperti bus,taksi, televisi, radio, surat kabar dan majalah dan juga aktif dalam mensponsori kegiatan baik itu berhubungan dengan olah raga atau tidak.
  • Service atau pelayanan adalah hal yang sangat penting dalam bisnis air minum, sehingga pelayanan seluruh Indonesia dilakukan oleh perusahaan-perusahaan distribusi Aqua dengan nama PT. Wirabuana Intrent, sehingga pelayanan dapat dilakukan di seluruh Indonesia.
  • Untuk mengurangi biaya produksi dan mempermudah jaringan pemasaran dibangun pabrik yang ada di Menado dan Medan yang di lisensikan sesuai spesifikasi Aqua. Kemudian didirikan pabrik kecil di Brunei Darusalam dengan menggunakan nama/merek SEHAT. Dan renacananya akan didirikan pabrik yang lain di Filipina dan Vietnam.
Referensi :

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/07/24/sejarah-aqua/