Senin, 26 Maret 2012

perilaku keorganisasian-konflik di dalam organisasi

Konflik di dalam organisasi sekolah

Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luaryang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
 
Saya memiliki pengalaman tentang konflik yang terjadi didalam organisasi yang pernah saya ikuti. Saya pernah mengikuti organis teater di SMA Negeri 30 Jakarta, sewaktu saya masih menjadi murid di sekolah tersebut. Kebetulan pada saat itu saya menjabat sebagai ketua teater di organisasi tersebut. Di dalam organisasi seringkali terdapat pendapat - pendapat yang berbeda atau konflik diantara anggota, misalnya saja saat akan diadakan pementasan, seluruh anggota organisasi berkumpul untuk mengeluarkan pemikiran atau pendapat mereka tentang tema apa yang akan kita pentaskan nanti. Dalam rapat tersebut terdapat beberapa pemikiran atau ide yang berbeda.  Si A berpendapat bahwa tema teater itu lebih baik mementaskan drama karna alur ceritanya jelas. Sedangkan si B berpendapat kalau tema drama yg diambil itu sudah biasa dan penonton juga tidak akan terlalu menyimak pementasan itu karna alur cerita yang membosankan, apalagi pementasan itu diadakan disekolah. Biasanya murid-murid itu malas untuk mendengarkan drama. Menurut si B lebih baik mengambil tema pantomim karna tema itu jarang dipentaskan didalam sebuah teater sekolah. Selanjutnya, si A memberi masukan lagi kepada si B dan teman-teman yang lain kalau pantomim itu alurnya kurang jelas, penonton belum tau apa maksud cerita dari pantomim tersebut sehingga membingungkan penonton. Maka terjadilah debat atau konflik antara si A dan si B. Dan saya selaku sebagai ketua berusaha untuk menemukan jalan keluar dari konflik tersebut dengan cara memvoting pendapat anggota-anggota yang lain untuk lebih memilih drama atau pantomim. Setelah melakukan voting, hasilnya saya menemukan hasilnya. Dari 20 orang anggota yang hadir, 13 orang memilih pantomim dan 7 orang memilih drama. Karna lebih banyak yang memilih pantomim daripada drama, maka saya memutuskan untuk mengambil tema pantomim. Saya juga menanyakan kepada si A, apakah dia dapat menerima hasil dari rapat tersebut kalau tema yang diambil untuk pememtasan adalah pantomim? Lalu si A dengan bijaksana menjawab kalau dia menerima keputusan rapat dengan berbagai pertimbangan dan alasan-alasan yang logis. Akhirnya diputuskan bahwa tema yang diambil adalah pantomim. 
 
Dengan adanya konflik maka organisasi bisa lebih berwarna dan bisa lebih menarik. Konflik sebenernya membuat kita semakin dewasa dalam mengahadapi perbedaan antara satu dengan yang lainnya, dan mengajarkan kita untuk bisa saling mengahargai apabila konflik tersebut telah terselesaikan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar