BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1. Perencanaan Laba
Anggaran atau lebih dikenal dengan
istilah budgeting adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain,
yang mencakup jangka waktu satu tahun (Mulyadi, 1997 : 488). Penyusunan
anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu satu
tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif lain.
Penyusunan anggaran (budgeting)
seringkali diartikan sama dengan perencanaan laba (profit planning)
Menurut Usry dan Matz (1998 : 3)
perencanaan merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat
dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan laba
rugi, neraca, kas, dan modal kerja untuk jangka panjang dan untuk jangka
pendek.
Dunia usaha semakin menyadari
perlunya mengembangkan perencanaan laba atau ramalan jangka panjang. Hal ini
mengingat perlu diketahuinya arah kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang,
sehingga dapat mencapai sasaran laba yang diinginkan dengan resiko yang
seminimal mungkin.
Anggaran atau budget digunakan untuk
membantu para pengelola perusahaan dalam perencanaan dan pengendalian. Dengan
budget target yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam hal profitabilitas
tertentu, likuiditas yang diperlukan, serta pembelanjaan dan investasi dapat
diwujudkan.
2.2. Pengertian Laba
Menurut
Harnanto (2002 : 54) laba atau pendapatan adalah kenaikkan aktiva atau
penurunan kewajiban (atau keduanya) dari suatu perusahaan dalam suatu periode,
sebagai akibat dari aktivitas produksi dan penjualan barang, atau penyerahan
jasa, dan aktivitas lain yang merupakan usaha pokok perusahaan.
Laba termasuk salah satu elemen atau
unsur laporan keuangan yang berkaitan langsung dengan perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang memungkinkan para pemakai laporan untuk menilai kinerja
finansial perusahaan dan manajemen, serta membantu para pemodal dan kreditur
untuk membuat prediksi kas yang akan mereka peroleh dari investasi dan pinjaman
yang diberikan kepada perusahaan.
2.3. Pengertian Laba Kotor dan
Analisis Laba Kotor
Menurut Harnanto (2002 : 100) laba
kotor adalah selisih lebih dari penjualan neto diatas harga pokok penjualannya.
Tingkat laba kotor atau persentase laba kotor dari penjualan neto merupakan
salah satu indikator tentang profitabilitas perusahaan, yang memungkinkan para
pemakai laporan untuk membuat perbandingan dari tahun ke tahun, atau
perbandingan dengan rata-rata perusahaan dalam industri yang sama.
Menurut Supriyono (1989 : 179),
analisis laba kotor merupakan bagian dari analisa laba, yang dimaksud analisis
laba kotor adalah memecah-mecah atau membagi menjadi bagian-bagian atau
elemen-elemen yang lebih kecil dengan tujuan untuk menentukan penyebab penyimpangan
laba kotor dan untuk mengetahui hubungan antara elemen-elemen tersebut.
Faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan dalam laba kotor itu adalah : (Raph Polimeni, 1988 : 236)
1.
Price variance atau selisih harga,
baik pada tingkat harga jual maupun pada tingkat biaya.
2.
Volume variance atau selisih
volume, yang disebabkan karena jumlah unit yang sebenarnya terjual lebih banyak
atau lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah volume penjualan yang terjadi.
3.
Mix variance atau selisih komposisi,
yang disebabkan karena komposisi produk-produk yang dijual tidak sama dengan
komposisi yang diperkirakan.
Menurut
Supriyono (1988, 180) elemen-elemen laba kotor itu ada dua yaitu :
1. Elemen penghasilan penjualan, elemen ini ditentukan oleh
besarnya :
¨
Harga jual satuan
¨
Kuantitas atau volume penjualan
2. Elemen harga pokok penjualan, elemen ini ditentukan oleh
besarnya :
¨
Harga pokok penjualan setiap satuan
produk
¨
Kuantitas atau volume penjualan
2.4
Analisis berdasarkan anggaran dan biaya standar
Dalam
melakukan analisis laba kotor berdasarkan anggaran dan biaya standar diperlukan
tiga macam laporan keuangan yaitu :
1.
perhitungan laba-rugi yang dianggarkan pada awal periode.
2.
perhitungan laba–rugi yang sesungguhnya pada akhir periode.
3.
Perhitungan laba-rugi yang
disiapkan pada akhir periode berdasarkan unit penjualan aktual dengan harga
jual yang dianggarkan dengan biaya standar.
Elemen-elemen
yang diperlukan dalam menentukan laba kotor dan penyimpangan yang terjadi
selama periode tertentu akan dijelaskan sebagai berikut:
2.4.1 Anggaran laba kotor
dan selisih laba kotor (Gross Profit Budgeted dan Gross Profit Variance)
Anggaran
laba kotor adalah laba kotor yang diharapkan akan dapat dicapai pada periode
akuntansi tertentu. Selisih laba kotor adalah selisih yang timbul karena
perbedaan antara realisasi laba kotor
dengan anggaran laba kotor untuk periode yang bersangkutan, yang dapat dihitung
dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 180)
|
di mana :
SLK = Selisih laba kotor
PS
= Penjualan sesungguhnya
Hp
S = Harga pokok penjualan sesungguhnya
AP
= Anggaran penjualan
LKS
= Laba kotor sesungguhnya
ALK
= Anggaran laba kotor
2.4.2 Anggaran penjualan
dan selisih penjualan (Sales Budget dan Sales Variance)
Anggaran
penjualan adalah penjualan yang diharapkan akan dapat dicapai pada periode
akuntansi. Selisih penjualan adalah selisih yang timbul karena adanya perbedaan
antara realisasi penjualan dibandingkan dengan anggaran penjualan untuk periode
yang bersangkutan. Selisih penjualan dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono,
1988 : 181)
|
di mana :
SP
= Selisih penjualan
KS
= Kuantitas atau volume penjualan sesungguhnya
HJS
= Harga jual satuan sesungguhnya
KA
= Kuabtitas atau volume yang dianggarkan
HJA
= Harga jual satuan dianggarkan
PS
= Penjualan sesungguhnya
PA
= Penjulan yang dianggarkan
Selanjutnya
selisih penjualan dianalisa penyebabnya, ke dalam dua macam selisih yaitu :
a.
Selisih harga jual
b.
Selisih kuantitas atau volume
penjualan
a.
Selisih harga jual (sales price variance)
Selisih harga
jual adalah selisih penjualan yang ditimbulkan oleh perbedaan antara harga jual sesungguhnya dibandingkan dengan
harga jual ynag dianggarkan. Selisih ini dapat dihitung dengan rumus :
(Supriyono, 1988 : 182)
|
di mana :
SHJ = Selisih harga jual
KS
= Kuantitas atau volume sesungguhnya
HJS
= Harga jual satuan sesungguhnya
HJA
= Harga jual dianggarkan
b. Selisih kuantitas atau
volume penjualan (sales quality atau voluime variance)
Selisih
kuantitas penjualan adalah selisih penjualan yang disebabkan perbedaan antara
kuntitas penjualan sesungguh atau volume sesungguhnya dibandingkan kuantitas
penjualan yang dianggarkan. Selisih kuantitas penjualan dapat dihitung dengan
rumus : (Supriyono, 1988 : 182)
|
di mana :
SKP
= Selisih kuantitas penjualan atau volume penjualan
KS
= Kuantitas atau volume penjualan sesungguh
KA
= Kuantitas atau volume dianggarkan
HJA
= Harga jual satuan menurut anggaran
2.4.3
Anggaran harga pokok penjualan dan selisih harga pokok
penjualan (Cost of Sales Budget dan
Cost of Sales Variance)
Anggaran
harga pokok penjualan adalah harga pokok penjualan yang diharapkan akan terjadi
untuk produk atau barang dagangan yang akan dijual pada periode akuntansi
tertentu. Selisih harga pokok penjualan adalah selisih yang timbul karena
perbedaan harga pokok penjualan sesungguhnya dengan harga pokok penjualan yang
dianggarkan. Selisih harga pokok penjualan dapat dihitung dengan rumus :
(Supriyono, 1988 : 183)
|
di mana :
SHp = Selisih harga pokok penjualan
KS
= Kuantitas atau volume penjualan sesungguh
H Hp
S = Harga-harga pokok penjualan satuan sesungguh
KA
= Kuantitas atau volume yang dianggarkan
H Hp
A = Harga-harga pokok penjualan satuan dianggarkan
Hp A = Harga pokok penjualan dianggarkan
Selanjutnya
selisih harga pokok penjualan dianalisa penyebabnya ke dalam dua macam selisih,
yaitu :
a.
Selisih harga-harga pokok
penjualan.
b.
Selisih kuantitas atau volume
harga pokok penjualan.
a. Selisih harga-harga pokok
penjualan (cost of sales price variance)
Selisih
harga-harga pokok penjualan adalah selisih harga pokok penjualan yang timbulnya
disebabkan perbedaan antara harga pokok penjualan sesungguh dengan harga pokok
penjualan yang dianggarkan. Selisih harga-harga pokok penjualan dapat dihitung
dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 184)
|
di mana :
SHHp = Selisih
harga-harga pokok penjualan
KS
= Kuantitas atau volume
penjualan sesungguh
HHp
S = Harga-harga
pokok penjualan per satuan sesungguh
HHp
A = Harga-harga
pokok penjualan per satuan dianggarkan
b. Selisih kuantitas atau
volume harga pokok penjualan (cost of sales quanttity on volume variance)
Selisih
kuantitas harga pokok penjulan adalah sel;isih harga pokok penjualan yang
timbulnya disebabkan perbedaaan antara kuantitas atau volume penjualan
sesungguhnya dengan volume atau kuantitas penjualan yang dianggarkan. Selisih
kuantitas harga pokok penjualan dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono, 1988
: 185)
|
di mana :
SKHp = Selisih
kuantitas atau volume harga pokok penjualan
KS
= Kuantitas penjualan
sesungguh
HHp
A = Harga-harga pokok penjualan
per satuan yang dianggarkan
KA
= Kuantitas penjualan
dianggarkan
2.4.4
Selisih Kuantitas atau Volume Bersih
(Net Quantity or Volume Variance)
Selisih
Komposisi Penjualan (Sales Mix Variance)
Selisih
Kuantitas Penjualan Akhir (Final Sales Quantity Variance)
Selisih
kuantitas bersih dapat dihitung dengan menjumlahkan selisih kuantitas penjualan
ditambah dengan selisih kuantitas harga pokok penjualan. Apabila perusaahaan
menjual barang dagangan atau produk lebih dari satu macam, selisih kuantitas
bersih dapat dianalisa lebih lanjut kedalam dua penyebab selisih yaitu :
a.
Selisih komposisi penjualan
b.
Selisih kuantitas penjualan
akhir
a. Selisih Komposisi Penjualan
Selisih
komposisi penjualan adalah selisih yang timbulnya disebabkan perbedaan antara
laba kotor pada komposisi sesungguhnya dengan laba kotor pada komposisi yang
dianggarkan. Selisih komposisi penjualan dapat dihitung dengan
rumus : (Supriyono, 1988 : 186)
|
di mana :
SKmP = Selisih
komposisi penjualan
LKKm S
= Laba kotor pada komposisi
sesungguh
LKKm
A = Laba
kotor pada komposisi dianggarkan
KSJ
= Kuantitas sesungguh setiap
jenis produk yang dijual
LKAJ = Laba
kotor dianggarkan setiap jenis produk per satuan
TKS = Total
kuantitas sesungguh yang dijual
LKR = Laba
kotor rata-rata per satuan dianggarkan
Selisih
komposisi penjualan dapat pula dihitung untuk setiap jenis produk yang dijual
dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 187)
|
di mana :
SKm
P = Selisih
komposisi penjualan
Km
S
= Komposisi sesungguhnya
setiap jenis produk
Km A = Komposisi dianggarkan setiap produk
LKA = Laba
kotor dianggarkan setiap produk
b. Selisih Kuantitas Penjualan
Akhir
Selisih
kuantitas penjualan akhir adalah selisih yang timbulnya disebabkan perbedaan
antara laba kotor pada komposisi penjualan yang dianggarkan dengan laba kotor
pada komposisi penjualan sesungguhnya. Rumus perhitungan selisih kuantitas
penjualan final apabila dasar perbandingan adalah anggaran : (Supriyono, 1988 :
187)
|
atau dapat pula dihitung dengan rumus
sebagai berikut : (Supriyono, 1988 : 188)
|
di mana :
SKPF
= Selisih kuantitas penjualan
akhir
TKS = Total
kuantitas penjualan sesungguh
LKR = Laba
kotor rata-rata dianggarkan
KA = Kuantitas
penjualan dianggarkan setiap jenis produk
LKs
A
= Laba kotor satuan
dianggarkan setiap jenis produk
TKA = Total
kuantitas penjualan dianggarkan
2.4.5
Rekapitulasi Perubahan Laba Kotor
Setelah
semua selisih yang terjadi dihitung untuk tiap elemen, maka selisih-selisih
tersebut dapat diringkas dalam bentuk laporan sebagai berikut :
Gambar
2.1
Bagan
Rekapitulasi Laba Kotor
PT. A
Laporan Perubahan Laba Kotor
Tahun xxx
Perubahan harga jual xxx
Perubahan harga pokok penjualan
xxx
Perubahan komposisi penjualan xxx
Perubahan
volume penjualan akhir xxx
Perubahan laba kotor xxx
2.5 Tanggung Jawab Timbulnya Selisih Laba Kotor
Analisa
penyimpangan laba kotor lebih memberikan manfaat apabila alat pembandingnya
adalah anggaran atau standar daripada dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Penyimpangan yang terjadi perlu diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan
penyebab penyimpangan dan siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan
tersebut. Pada umumnya yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan adalah :
(Supriyono, 1988 : 196)
2.5.1 Selisih Harga Jual
Penyimpangan
ini disebabkan karena perusahaan telah menjual produk dengan harga lebih besar
atau lebih kecil dibandingkan dengan harga jual yang direncanakan. Tanggung
jawab terhadap penyimpangan ini terletak kepada pejabat atau eksekutif
perusahaan yang memiliki wewenang untuk menentukan harga jual, biasanya adalah
kepala departemen atau bagian pemasaran. Apabila harga jual telah ditentukan
pemerintah, umumnya tidak menimbulkan selisih harga jual karena harus mematuhi
harga jual yang ditentukan pemerintah.
2.5.2 Selisih Kuantitas atau Volume Penjualan
Selisih
ini disebabkan karena perusahaan dapat menjual produk dengan kuantitas lebih
besar atau lebih kecil dibandingkan dengan yang direncanakan. Tanggung jawab
dari penyimpangan ini pada umumnya adalah kepala departemen atau bagian
pemasaran, karena kuantitas yang dijual akan tergantung pada harga jual produk
dan keaktifan bagian pemasaran dalam menjual produk.
2.5.3 Selisih Harga Harga Pokok Penjualan
Selisih
ini disebabkan karena harga-harga pokok
penjualan yang terjadi lebih besar atau lebih kecil dibanding yang
direncanakan. Selisih ini disebabkan karena kegiatan di dalam berproduksi,
dengan mengadakan investigasi terhadap selisih tersebut akan dapat ditentukan
apakah selisih yang timbul merupakan tanggung jawab kepala bagian atau
departemen produksi.
Penyebab
timbulnya selisih kuantitas harga pokok penjualan karena perusahaan dapat
menjual produk dengan kuantitas lebih besar atau lebih kecil dibandingkan
dengan yang direncanakan. Tanggung jawab dari penyimpangan ini umumnya adalah
kepala departemen atau bagian pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar