Rabu, 23 Januari 2013

Bab 2


BAB II


LANDASAN TEORI


2.1. Perencanaan Laba

            Anggaran atau lebih dikenal dengan istilah budgeting adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun (Mulyadi, 1997 : 488). Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif lain. Penyusunan anggaran (budgeting) seringkali diartikan sama dengan perencanaan laba (profit planning)
            Menurut Usry dan Matz (1998 : 3) perencanaan merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan laba rugi, neraca, kas, dan modal kerja untuk jangka panjang dan untuk jangka pendek.
            Dunia usaha semakin menyadari perlunya mengembangkan perencanaan laba atau ramalan jangka panjang. Hal ini mengingat perlu diketahuinya arah kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat mencapai sasaran laba yang diinginkan dengan resiko yang seminimal mungkin.
            Anggaran atau budget digunakan untuk membantu para pengelola perusahaan dalam perencanaan dan pengendalian. Dengan budget target yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam hal profitabilitas tertentu, likuiditas yang diperlukan, serta pembelanjaan dan investasi dapat diwujudkan.

2.2. Pengertian Laba

            Menurut Harnanto (2002 : 54) laba atau pendapatan adalah kenaikkan aktiva atau penurunan kewajiban (atau keduanya) dari suatu perusahaan dalam suatu periode, sebagai akibat dari aktivitas produksi dan penjualan barang, atau penyerahan jasa, dan aktivitas lain yang merupakan usaha pokok perusahaan.
            Laba termasuk salah satu elemen atau unsur laporan keuangan yang berkaitan langsung dengan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang memungkinkan para pemakai laporan untuk menilai kinerja finansial perusahaan dan manajemen, serta membantu para pemodal dan kreditur untuk membuat prediksi kas yang akan mereka peroleh dari investasi dan pinjaman yang diberikan kepada perusahaan.

2.3. Pengertian Laba Kotor dan Analisis Laba Kotor

            Menurut Harnanto (2002 : 100) laba kotor adalah selisih lebih dari penjualan neto diatas harga pokok penjualannya. Tingkat laba kotor atau persentase laba kotor dari penjualan neto merupakan salah satu indikator tentang profitabilitas perusahaan, yang memungkinkan para pemakai laporan untuk membuat perbandingan dari tahun ke tahun, atau perbandingan dengan rata-rata perusahaan dalam industri yang sama.
            Menurut Supriyono (1989 : 179), analisis laba kotor merupakan bagian dari analisa laba, yang dimaksud analisis laba kotor adalah memecah-mecah atau membagi menjadi bagian-bagian atau elemen-elemen yang lebih kecil dengan tujuan untuk menentukan penyebab penyimpangan laba kotor dan untuk mengetahui hubungan antara elemen-elemen tersebut.

Faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam laba kotor itu adalah : (Raph Polimeni, 1988 : 236)
1.      Price variance atau selisih harga, baik pada tingkat harga jual maupun pada tingkat biaya.
2.      Volume variance atau selisih volume, yang disebabkan karena jumlah unit yang sebenarnya terjual lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah volume penjualan yang terjadi.
3.      Mix variance atau selisih komposisi, yang disebabkan karena komposisi produk-produk yang dijual tidak sama dengan komposisi yang diperkirakan.
Menurut Supriyono (1988, 180) elemen-elemen laba kotor itu ada dua yaitu :
1. Elemen penghasilan penjualan, elemen ini ditentukan oleh besarnya :
¨      Harga jual satuan
¨      Kuantitas atau volume penjualan
2. Elemen harga pokok penjualan, elemen ini ditentukan oleh besarnya :
¨      Harga pokok penjualan setiap satuan produk
¨      Kuantitas atau volume penjualan

2.4 Analisis berdasarkan anggaran dan biaya standar

            Dalam melakukan analisis laba kotor berdasarkan anggaran dan biaya standar diperlukan tiga macam laporan keuangan yaitu :
1.      perhitungan laba-rugi  yang dianggarkan pada awal periode.
2.      perhitungan laba–rugi  yang sesungguhnya pada akhir periode.
3.      Perhitungan laba-rugi yang disiapkan pada akhir periode berdasarkan unit penjualan aktual dengan harga jual yang dianggarkan dengan biaya standar.

Elemen-elemen yang diperlukan dalam menentukan laba kotor dan penyimpangan yang terjadi selama periode tertentu akan dijelaskan sebagai berikut:

2.4.1 Anggaran laba kotor dan selisih laba kotor (Gross Profit Budgeted dan Gross Profit Variance)

            Anggaran laba kotor adalah laba kotor yang diharapkan akan dapat dicapai pada periode akuntansi tertentu. Selisih laba kotor adalah selisih yang timbul karena perbedaan  antara realisasi laba kotor dengan anggaran laba kotor untuk periode yang bersangkutan, yang dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 180)


SLK = (PS – Hp S) – (AP – A Hp)  atau

SLK = LKS - ALK
 
 




di mana :
SLK = Selisih laba kotor
PS    = Penjualan sesungguhnya
Hp S = Harga pokok penjualan sesungguhnya
AP    = Anggaran penjualan
LKS  = Laba kotor sesungguhnya
ALK  = Anggaran laba kotor





2.4.2 Anggaran penjualan dan selisih penjualan (Sales Budget dan Sales Variance)


            Anggaran penjualan adalah penjualan yang diharapkan akan dapat dicapai pada periode akuntansi. Selisih penjualan adalah selisih yang timbul karena adanya perbedaan antara realisasi penjualan dibandingkan dengan anggaran penjualan untuk periode yang bersangkutan. Selisih penjualan dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 181)


SP = (KS x HJS) – (KA x HJA)  atau

SP = PS - PA

 
 




di mana :
SP   = Selisih penjualan
KS   = Kuantitas atau volume penjualan sesungguhnya
HJS  = Harga jual satuan sesungguhnya
KA   = Kuabtitas atau volume yang dianggarkan
HJA  = Harga jual satuan dianggarkan
PS   = Penjualan sesungguhnya
PA   = Penjulan yang dianggarkan    
Selanjutnya selisih penjualan dianalisa penyebabnya, ke dalam dua macam selisih yaitu :
a.       Selisih harga jual
b.      Selisih kuantitas atau volume penjualan

a.       Selisih harga jual (sales price variance)

Selisih harga jual adalah selisih penjualan yang ditimbulkan oleh perbedaan antara  harga jual sesungguhnya dibandingkan dengan harga jual ynag dianggarkan. Selisih ini dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 182)


SHJ = (KS x HJS) – (KS x HJA)

        = KS (HJS – HJA)
 
 




di mana :
SHJ  = Selisih harga jual
KS   = Kuantitas atau volume sesungguhnya
HJS  = Harga jual satuan sesungguhnya
HJA  = Harga jual dianggarkan

b.      Selisih kuantitas atau volume penjualan (sales quality atau voluime variance)

Selisih kuantitas penjualan adalah selisih penjualan yang disebabkan perbedaan antara kuntitas penjualan sesungguh atau volume sesungguhnya dibandingkan kuantitas penjualan yang dianggarkan. Selisih kuantitas penjualan dapat dihitung dengan rumus :  (Supriyono, 1988 : 182)


SKP = (KS x HJA) – (KA x HJA)

        = (KS – KA) HJA
 
 




di mana :
SKP  = Selisih kuantitas penjualan atau volume penjualan
KS   = Kuantitas atau volume penjualan sesungguh
KA   = Kuantitas atau volume dianggarkan
HJA  = Harga jual satuan menurut anggaran

2.4.3 Anggaran harga pokok penjualan dan selisih harga pokok 
         penjualan (Cost of Sales Budget dan Cost of Sales Variance)

            Anggaran harga pokok penjualan adalah harga pokok penjualan yang diharapkan akan terjadi untuk produk atau barang dagangan yang akan dijual pada periode akuntansi tertentu. Selisih harga pokok penjualan adalah selisih yang timbul karena perbedaan harga pokok penjualan sesungguhnya dengan harga pokok penjualan yang dianggarkan. Selisih harga pokok penjualan dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 183)


SHp = (KS x HHp S) – (KA x HHp A)

        = Hp S – Hp A
 
 




di mana :
SHp      = Selisih harga pokok penjualan
KS        = Kuantitas atau volume penjualan sesungguh
H Hp S = Harga-harga pokok penjualan satuan sesungguh
KA      = Kuantitas atau volume yang dianggarkan
H Hp A = Harga-harga pokok penjualan satuan dianggarkan
Hp A                 = Harga pokok penjualan dianggarkan

            Selanjutnya selisih harga pokok penjualan dianalisa penyebabnya ke dalam dua macam selisih, yaitu :

a.       Selisih harga-harga pokok penjualan.
b.      Selisih kuantitas atau volume harga pokok penjualan.

a.      Selisih harga-harga pokok penjualan (cost of sales price variance)

Selisih harga-harga pokok penjualan adalah selisih harga pokok penjualan yang timbulnya disebabkan perbedaan antara harga pokok penjualan sesungguh dengan harga pokok penjualan yang dianggarkan. Selisih harga-harga pokok penjualan dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 184)


SHHp = (KS x HHp S) – (KS x HHp A)

           = KS (HHp S – HHp A)
 
 




di mana :
SHHp   =         Selisih harga-harga pokok penjualan
KS        =         Kuantitas atau volume penjualan sesungguh
HHp S  =         Harga-harga pokok penjualan per satuan sesungguh
HHp A  =        Harga-harga pokok penjualan per satuan dianggarkan

b.      Selisih kuantitas atau volume harga pokok penjualan (cost of sales quanttity on volume variance)

Selisih kuantitas harga pokok penjulan adalah sel;isih harga pokok penjualan yang timbulnya disebabkan perbedaaan antara kuantitas atau volume penjualan sesungguhnya dengan volume atau kuantitas penjualan yang dianggarkan. Selisih kuantitas harga pokok penjualan dapat dihitung dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 185)



SKHp  =  (KS x HHp A) – (KA x HHp A)

            = (KS – KA) HHp A
 
 






di mana :
SKHp   =        Selisih kuantitas atau volume harga pokok penjualan
KS        =         Kuantitas penjualan sesungguh
HHp A =         Harga-harga pokok penjualan per satuan yang dianggarkan
KA       =         Kuantitas penjualan dianggarkan

2.4.4 Selisih Kuantitas atau Volume Bersih
        (Net Quantity or Volume Variance)
        Selisih Komposisi Penjualan (Sales Mix Variance)
  Selisih Kuantitas Penjualan Akhir (Final Sales Quantity Variance)
     
Selisih kuantitas bersih dapat dihitung dengan menjumlahkan selisih kuantitas penjualan ditambah dengan selisih kuantitas harga pokok penjualan. Apabila perusaahaan menjual barang dagangan atau produk lebih dari satu macam, selisih kuantitas bersih dapat dianalisa lebih lanjut kedalam dua penyebab selisih yaitu :
a.       Selisih komposisi penjualan
b.      Selisih kuantitas penjualan akhir

a.      Selisih Komposisi Penjualan

Selisih komposisi penjualan adalah selisih yang timbulnya disebabkan perbedaan antara laba kotor pada komposisi sesungguhnya dengan laba kotor pada komposisi yang dianggarkan. Selisih komposisi penjualan dapat dihitung dengan
rumus : (Supriyono, 1988 : 186)


SKm P = LKKm S – LKKm A

            = (KSJ x LKAJ) – (TKS x LKR)
 
 







di mana :
SKmP       =     Selisih komposisi penjualan
LKKm S   =    Laba kotor pada komposisi sesungguh
LKKm A  =    Laba kotor pada komposisi dianggarkan
KSJ          =     Kuantitas sesungguh setiap jenis produk yang dijual
LKAJ       =     Laba kotor dianggarkan setiap jenis produk per satuan
TKS          =     Total kuantitas sesungguh yang dijual
LKR         =     Laba kotor rata-rata per satuan dianggarkan
Selisih komposisi penjualan dapat pula dihitung untuk setiap jenis produk yang dijual dengan rumus : (Supriyono, 1988 : 187)


SKm P = (Km S – Km A) LKA
 
 



di mana :
SKm P   =       Selisih komposisi penjualan
Km S     =        Komposisi sesungguhnya setiap jenis produk
Km A    =        Komposisi dianggarkan setiap produk
LKA      =        Laba kotor dianggarkan setiap produk

b.      Selisih Kuantitas Penjualan Akhir

Selisih kuantitas penjualan akhir adalah selisih yang timbulnya disebabkan perbedaan antara laba kotor pada komposisi penjualan yang dianggarkan dengan laba kotor pada komposisi penjualan sesungguhnya. Rumus perhitungan selisih kuantitas penjualan final apabila dasar perbandingan adalah anggaran : (Supriyono, 1988 : 187)


SKPF = (TKS x LKR) – (KA x LKs A)
 
 



atau dapat pula dihitung dengan rumus sebagai berikut : (Supriyono, 1988 : 188)


SKPF = (TKS x LKR) – (TKA x  LKR)

           = (TKS – TKA) LKR
 
 




di mana :
SKPF     =       Selisih kuantitas penjualan akhir
TKS        =       Total kuantitas penjualan sesungguh
LKR       =       Laba kotor rata-rata dianggarkan
KA         =       Kuantitas penjualan dianggarkan setiap jenis produk
LKs A    =       Laba kotor satuan dianggarkan setiap jenis produk
TKA       =       Total kuantitas penjualan dianggarkan

2.4.5 Rekapitulasi Perubahan Laba Kotor

            Setelah semua selisih yang terjadi dihitung untuk tiap elemen, maka selisih-selisih tersebut dapat diringkas dalam bentuk laporan sebagai berikut :

Gambar 2.1
Bagan Rekapitulasi Laba Kotor




 
PT. A
Laporan Perubahan Laba Kotor
Tahun xxx

Perubahan harga jual                                                  xxx
Perubahan harga pokok penjualan                             xxx
Perubahan komposisi penjualan                                 xxx
Perubahan volume penjualan akhir                            xxx
  
 Perubahan laba kotor                                                  xxx


 



2.5 Tanggung Jawab Timbulnya Selisih Laba Kotor

            Analisa penyimpangan laba kotor lebih memberikan manfaat apabila alat pembandingnya adalah anggaran atau standar daripada dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penyimpangan yang terjadi perlu diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab penyimpangan dan siapa yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Pada umumnya yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan adalah : (Supriyono, 1988 : 196)

 2.5.1 Selisih Harga Jual

            Penyimpangan ini disebabkan karena perusahaan telah menjual produk dengan harga lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan harga jual yang direncanakan. Tanggung jawab terhadap penyimpangan ini terletak kepada pejabat atau eksekutif perusahaan yang memiliki wewenang untuk menentukan harga jual, biasanya adalah kepala departemen atau bagian pemasaran. Apabila harga jual telah ditentukan pemerintah, umumnya tidak menimbulkan selisih harga jual karena harus mematuhi harga jual yang ditentukan pemerintah.

2.5.2 Selisih Kuantitas atau Volume Penjualan

            Selisih ini disebabkan karena perusahaan dapat menjual produk dengan kuantitas lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan yang direncanakan. Tanggung jawab dari penyimpangan ini pada umumnya adalah kepala departemen atau bagian pemasaran, karena kuantitas yang dijual akan tergantung pada harga jual produk dan keaktifan bagian pemasaran dalam menjual produk.

2.5.3 Selisih Harga Harga Pokok Penjualan

            Selisih ini disebabkan karena harga-harga  pokok penjualan yang terjadi lebih besar atau lebih kecil dibanding yang direncanakan. Selisih ini disebabkan karena kegiatan di dalam berproduksi, dengan mengadakan investigasi terhadap selisih tersebut akan dapat ditentukan apakah selisih yang timbul merupakan tanggung jawab kepala bagian atau departemen produksi.

 2.5.4 Selisih Kuantitas atau Volume Harga Pokok Penjualan
                 
                Penyebab timbulnya selisih kuantitas harga pokok penjualan karena perusahaan dapat menjual produk dengan kuantitas lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan yang direncanakan. Tanggung jawab dari penyimpangan ini umumnya adalah kepala departemen atau bagian pemasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar